Bagus sedang asyik membolak-balik buku agenda di balik meja kerjanya. Lalu tanpa sadar dia bergumam dan terdengar oleh teman-temannya, ''Tahun 2015 ternyata sudah berjalan lima bulan.'' Tentu saja Lani yang berada di meja sampingnya mengeluarkan komentar, ''Emang apa artinya kalau sudah 5 bulan?''
Bagus diam saja walau sesungguhnya merasa tidak habis pikir
terhadap Lani dengan pernyataan tadi. Di mata Bagus ternyata Lani berbeda
pandangan. Bagi Bagus, pergantian hari, pekan, bahkan tahun itu begitu penuh
arti dan makna. Bukan cuma perubahan angka hitungan, apalagi mesti diramaikan
dengan pesta seperti yang terjadi pada setiap malam tahun baru.
Rupanya Bagus biasa menjadikan saat-saat pergeseran waktu sebagai
kesempatan menengok daftar apa saja yang telah dilakukan, bagaimana hasil yang
dicapai, dan apa makna semua itu untuk perkembangan diri sendiri maupun sekeBagusng.
Bagus senantiasa berharap bahwa semua terisi dengan hal-hal positif dan
kebaikan.
Bagus memandang kebiasan dan harapanya tersebut merupakan sesuatu
yang berguna. Nilai positif dan kebaikan diibaratkan sebagai benih tanaman.
Benih yang bagus pasti akan menumbuhkan tanaman yang bagus pula. Maksudnya
nilai positif dan kebaikan yang telah dilakukan dan diberikan merupakan awal
yang bagus untuk hal lebih dan berarti lagi.
Sebuah pandangan sederhana saja. ''Keinginan saya pun sederhana.
Saya ngin menjadi orang dengan kepribadian bermutu (excellent),'' kata Bagus
pada suatu ketika. Karena, dia menambahkan, hanya hal positif dan kebaikan yang
kita dapatkan bila kita pun selalu memberi kebaikan kepada sekeBagusng. Kita
selalu akan menuai apa yang kita tabur.
Apakah semua bisa meraih kepribadian bermutu? Ditanya demikian Bagus
menjawab, ''Bisa karena semua orang beragama.'' Dia menjelaskan bahwa setiap
agama mengajarkan untuk memiliki moral baik alias kepribadian bermutu. Moral
adalah ajaran universsal, berlaku bagi siapa saja dan di mana saja.
Setiap agama pasti menjunjung tinggi kejujuran, menjauhi serakah,
dan mengajak umatnya agar memulai segala sesuatu dengan bersih. Tanpa didasari
semua moral demikian tak mungkin kita mampu melakukan pekerjaan juga kegiatan
lain dengan tenang, tertib, dan mencapai hasil baik. Sebaliknya kita bisa
menjadi pangkal gangguan dan kerugian sekeBagusng.
''Jadi setiap orang dari kita sesungguhnya berpengaruh terhadap
yang lain,'' kata Bagus berusaha menyimpulkan. Benar kata dia, karena kerap
kita terbawa 'arus' seorang teman di dekat kita. Kalau dia lesu maka suasana
sekitar pun terasa ikut tak bergairah dan sepi. Sebaliknya jika ada teman yang
gembira maka suasana pun riang dan penuh semangat.
Mendengar paparan Bagus, saya menjadi teringat sebuah kesatuan
tentara elit negara Inggris. Mereka menempatkan happy para urutan pertama pada
deret motto-nya. Saya memperoleh penjelasan bahwa happy (kegembiraan) seseorang
menunjukkan kebersihan hati, jujur, terbuka, dan kesediaan dan mengakui
kehadiran orang lain. Selain itu kegembiraan adalah pancaran energi positif dan
motivasi untuk membangun semangat menuju kemenangan.
Luar biasa kalau kita bisa seperti mereka. Bayangkan, betapa
hebatnya kita jika masing-masing senantiasa datang dan terlibat dalam pekerjaan
dengan hati bersih, jujur dan terbuka erta penuh tenggang rasa. Setiap orang
ternyata memang berpengaruh. Orang berpengaruh ternyata tidak harus mereka yang
berada di atas, apalagi berada jauh dari jangkauan tangan kita.
Pengaruh, tentu pengaruh yang baik yang kita harapkan, terbuki
bukanlah sesuatu yang mewah dan mahal serta sulit kita miliki. Contoh yang
dikatakan Bagus, ''Cukup dengan terus memberi perbuatan terbaik dan membuat
orang lain gembira saja sudah cukup. Seperti matahari.'' Matahari? Benar juga,
karena matahari yang merupakan pusat tatasurya itu bersifat senantiasa memberi
sinar kepada bumi tanpa pernah henti.
Bumi dibuatnya terang, dan kalau pun kita mengalami gelap malam
karena kita lah yang pergi bersama putaran bumi. Dengan terangnya, seisi bumi
memperoleh manfaat dapat tumbuh dan kita yang manusia bisa bekerja. Begitulah
masing-masing dari kita adalah matahari pada tata surya, termasuk bumi. Suasana
dan prestasi di mana kita berada tergantung pada perilaku, wawasan dan tampilan
masing-masing dari kita.
Dan, sekali lagi, hal itu adalah sesuatu yang mudah dan sederhana.
Tepat kiranya gambaran sastrawan Sapardi Djoko Damono tentang itu dalam sebuah
puisinya, ''Aku ingin mencintaimu secara sederhana, Yani seperti matahari
memberi kepada bumi.''
Nah. w tahun 2016 sudah berlaulu 5 bulan,tapi masih banyak
waktu untuk kita menjadi serupa matahari kepada bumi. Jangan pernah surut
memberi pengaruh positif, baik, bermanfaat demi kemenangan bersama. Tidak sulit
karena pijakannya sudah kita miliki, yaitu agama.
#salamsruput
#salamsruput
jos gados
BalasHapussalam sruput