PC IPNU IPPNU Kabupaten Magelang Dengan Semangat Belajar Berjuang Bertaqwa Berusaha Memfasilitasi Pelajar Nahdliyyin Di Kabupaten Magelang Untuk Menjadi Pelajar Yang Berakhlaqul Karimah, Cerdas Dan Berciri Khas

Diberdayakan oleh Blogger.
You are here: Home / jadilah orang yg bermanfaat

jadilah orang yg bermanfaat

| 1 Comment

Bagus sedang asyik membolak-balik buku agenda di balik meja kerjanya. Lalu tanpa sadar dia bergumam dan terdengar oleh teman-temannya, ''Tahun 2015 ternyata sudah berjalan lima bulan.'' Tentu saja Lani yang berada di meja sampingnya mengeluarkan komentar, ''Emang apa artinya kalau sudah 5 bulan?''

Bagus diam saja walau sesungguhnya merasa tidak habis pikir terhadap Lani dengan pernyataan tadi. Di mata Bagus ternyata Lani berbeda pandangan. Bagi Bagus, pergantian hari, pekan, bahkan tahun itu begitu penuh arti dan makna. Bukan cuma perubahan angka hitungan, apalagi mesti diramaikan dengan pesta seperti yang terjadi pada setiap malam tahun baru.

Rupanya Bagus biasa menjadikan saat-saat pergeseran waktu sebagai kesempatan menengok daftar apa saja yang telah dilakukan, bagaimana hasil yang dicapai, dan apa makna semua itu untuk perkembangan diri sendiri maupun sekeBagusng. Bagus senantiasa berharap bahwa semua terisi dengan hal-hal positif dan kebaikan.

Bagus memandang kebiasan dan harapanya tersebut merupakan sesuatu yang berguna. Nilai positif dan kebaikan diibaratkan sebagai benih tanaman. Benih yang bagus pasti akan menumbuhkan tanaman yang bagus pula. Maksudnya nilai positif dan kebaikan yang telah dilakukan dan diberikan merupakan awal yang bagus untuk hal lebih dan berarti lagi.

Sebuah pandangan sederhana saja. ''Keinginan saya pun sederhana. Saya ngin menjadi orang dengan kepribadian bermutu (excellent),'' kata Bagus pada suatu ketika. Karena, dia menambahkan, hanya hal positif dan kebaikan yang kita dapatkan bila kita pun selalu memberi kebaikan kepada sekeBagusng. Kita selalu akan menuai apa yang kita tabur.

Apakah semua bisa meraih kepribadian bermutu? Ditanya demikian Bagus menjawab, ''Bisa karena semua orang beragama.'' Dia menjelaskan bahwa setiap agama mengajarkan untuk memiliki moral baik alias kepribadian bermutu. Moral adalah ajaran universsal, berlaku bagi siapa saja dan di mana saja.

Setiap agama pasti menjunjung tinggi kejujuran, menjauhi serakah, dan mengajak umatnya agar memulai segala sesuatu dengan bersih. Tanpa didasari semua moral demikian tak mungkin kita mampu melakukan pekerjaan juga kegiatan lain dengan tenang, tertib, dan mencapai hasil baik. Sebaliknya kita bisa menjadi pangkal gangguan dan kerugian sekeBagusng.

''Jadi setiap orang dari kita sesungguhnya berpengaruh terhadap yang lain,'' kata Bagus berusaha menyimpulkan. Benar kata dia, karena kerap kita terbawa 'arus' seorang teman di dekat kita. Kalau dia lesu maka suasana sekitar pun terasa ikut tak bergairah dan sepi. Sebaliknya jika ada teman yang gembira maka suasana pun riang dan penuh semangat.

Mendengar paparan Bagus, saya menjadi teringat sebuah kesatuan tentara elit negara Inggris. Mereka menempatkan happy para urutan pertama pada deret motto-nya. Saya memperoleh penjelasan bahwa happy (kegembiraan) seseorang menunjukkan kebersihan hati, jujur, terbuka, dan kesediaan dan mengakui kehadiran orang lain. Selain itu kegembiraan adalah pancaran energi positif dan motivasi untuk membangun semangat menuju kemenangan.


Luar biasa kalau kita bisa seperti mereka. Bayangkan, betapa hebatnya kita jika masing-masing senantiasa datang dan terlibat dalam pekerjaan dengan hati bersih, jujur dan terbuka erta penuh tenggang rasa. Setiap orang ternyata memang berpengaruh. Orang berpengaruh ternyata tidak harus mereka yang berada di atas, apalagi berada jauh dari jangkauan tangan kita.

Pengaruh, tentu pengaruh yang baik yang kita harapkan, terbuki bukanlah sesuatu yang mewah dan mahal serta sulit kita miliki. Contoh yang dikatakan Bagus, ''Cukup dengan terus memberi perbuatan terbaik dan membuat orang lain gembira saja sudah cukup. Seperti matahari.'' Matahari? Benar juga, karena matahari yang merupakan pusat tatasurya itu bersifat senantiasa memberi sinar kepada bumi tanpa pernah henti.

Bumi dibuatnya terang, dan kalau pun kita mengalami gelap malam karena kita lah yang pergi bersama putaran bumi. Dengan terangnya, seisi bumi memperoleh manfaat dapat tumbuh dan kita yang manusia bisa bekerja. Begitulah masing-masing dari kita adalah matahari pada tata surya, termasuk bumi. Suasana dan prestasi di mana kita berada tergantung pada perilaku, wawasan dan tampilan masing-masing dari kita.

Dan, sekali lagi, hal itu adalah sesuatu yang mudah dan sederhana. Tepat kiranya gambaran sastrawan Sapardi Djoko Damono tentang itu dalam sebuah puisinya, ''Aku ingin mencintaimu secara sederhana, Yani seperti matahari memberi kepada bumi.''


Nah. w tahun 2016 sudah berlaulu 5 bulan,tapi masih banyak waktu untuk kita menjadi serupa matahari kepada bumi. Jangan pernah surut memberi pengaruh positif, baik, bermanfaat demi kemenangan bersama. Tidak sulit karena pijakannya sudah kita miliki, yaitu agama. 
#salamsruput