PC IPNU IPPNU Kabupaten Magelang Dengan Semangat Belajar Berjuang Bertaqwa Berusaha Memfasilitasi Pelajar Nahdliyyin Di Kabupaten Magelang Untuk Menjadi Pelajar Yang Berakhlaqul Karimah, Cerdas Dan Berciri Khas

Diberdayakan oleh Blogger.
You are here: Home / ZAKAT MENDIDIK PRIBADI MUSLIM

ZAKAT MENDIDIK PRIBADI MUSLIM


      Zakat mengajarkan pada setiap kaum muslimin bahwa perbedaan dalam hal rizki merupakan taqdir Allah yang Maha Bijaksana. Ia mengetahui bahwa hal itu ditetapkan oleh Allah yang Maha Mengetahui agar manusia menjalani kehidupan ini dengan saling tolong menolong dan saling memberikan jasa. Dalam alqur`an Allah berfirman"Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki." (Ar Ra'd:26)
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara kehidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lainnya beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Az-Zukhruf: 32)
            Mukmin yang tulus ikhlas meyakini bahwa apa yang diperolehnya merupakan karunia dari Allah, bukan karena kemampuan dan ilmunya sendiri, seperti yang pernah dikatakan oleh Qarun, "Sesungguhnya aku diberi karena ilmu yang kumiliki".
            Mukmin yang tulus ikhlas dengan rizki yang telah dibagikan oleh Allah untuk dirinya. Sebab Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti dengan hamba-hambanya: "Dan jika Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah maka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-haamba-Nya lagi Maha Melihat." (Asy Syura: 27)
            Zakat mendidik pelakunya (orang yang beriman) untuk percaya kepada Allah secara mutlak dan lebih percaya dengan apa yang berada di sisi Allah dari pada apa yang ada dalam genggamannya. Sebab secara lahir, zakat berarti mengambil atau mengurangi harta, akan tetapi orang yang mengeluarkan zakat menyakini yang sebaliknya. Berbeda dengan riba yang nampaknya menambah harta tetapi pada hakikatnya merusak dan menghanguskan harta. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT: "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang berlipat ganda (pahalanya)." (Ar Ruum: 39)
            Disamping itu orang yang melakukan riba dan tidak mau meninggalkannya, diancam dengan peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Zakat mendorong kaum muslimin untuk mengembangakan harta mereka hingga bermanfaat bagi sesama. Ini dapat menambah kekuatan Islam dan kaum muslimin serta dapat mendorong mereka untuk memakmurkan bumi, memberdayakan nikmat-nikmat Allah, dan tidak mengizinkan orang lain menguasai perekonomian mereka. Orang-orang yang beriman menjadikan harta sebagai tolak ukur; mereka menghormati manusia seukuran dengan harta yang dimiliki, walaupun mereka sesat dan merusak.
            Sementara orang-orang mukmin memiliki tolak ukur tersendiri, yaitu, tolak ukur rabbani (keimanan kepada Allah). "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kalian." (Al Hujurat: 13)
            Mereka menundukkan harta sesuai dengan proporsinya; yaitu sebagai kekayaan yang sementara, bukan sebagai pilar kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak beriman sangat bergembira ketika harta kekayaan dunia datang kepadanya, padahal mungkin saja kedatangan harta itu membuat mereka binasa dan durhaka. Mereka sangat bersedih ketika harta meninggalkannya, bahkan terkadang dapat mengantar mereka untuk melakukan bunuh diri.
            Adapun orang-orang yang beriman, kondisinya tidak jauh berbeda antara mendapat atau ditinggalkan harta; tidak terlalu bergembira saat kedatangan harta dan tidak berkeluh kesah atau berputus asa bila tidak mendapatkan harta. Mereka yakin bahwa semua itu taqdir dari Allah, dan seluruh taqdir Allah adalah baik untuknya. Kegembiraan orang yang beriman muncul ketika mendapat karunia, rahmat, taufiq dan hidayah dari Allah SWT: "Katakanlah; "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Yunus: 58)
            Harta bisa menjadi sarana untuk memperoleh kebaikan dan pahala yang besar, bila dikumpulkan dengan cara halal, diinfaqkan fii sabilillah dan hak-hak Allah padanya ditunaikan. Sebaliknya ia juga bisa menjadi sarana kejahatan dan mengundang murka Allah serta azab-Nya di akhirat, bila dicari dengan cara yang tidak halal dan hak-hak Allah padanya tidak ditunaikan.      
            Orang yang sangat mencintai harta, mengumpulkannya dan menyimpannya adalah orang yang salah jalan. Sebab penjagaan harta yang sesungguhnya adalah dengan membelanjakannya di jalan Allah dan mengembangkannya di jalan yang sama. Allah Swt. Berfirman: "Perumpamaan (nafkah dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah: 261)