KH Abdul Wahid Hasyim termasuk tokoh yg gemar
mencatat. Tak heran, sejumlah pantun dan sajak kesukaannya dalam berbagai
bahasa tetap tersimpan rapi hingga sekarang. Beberapa syair hikmah berbahasa
Arab berikut adalah sebagain warisan berharga dari ulama dan pahlawan nasional
ini.
وَلَا شَيْءٌ
يَدُوْمُ فَكُنْ حَدِيْثاً # جَمِيْلَ الذّكْرِ فَالدُّنْيَا حَدِيْثُ
Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal. Maka, ukirlah
cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita...
أَلَا لِيَقُلْ مَا شَاءَ مَنْ شَاءَ
إِنّماَ # يُلاَمُ الفَتىَ فِيْمَا اسْتَطَاعَ مِنَ اْلأَمْرِ
Ungkapkanlah apa yg ingin diungkapkan. (Jangan ragu) pemuda
memang selalu dicemooh lantaran kecakapannya.
ذَرِيْنِيْ أَنَالُ مَا لَا يُناَلُ مِنَ
اْلعُلَى # فَصَعْبُ العُلىَ فِي الصَّعْبِ وَالسَّهْلُ فِي السَّهْلِ
تُرِيْدِيْنَ إِدْرَاكَ المَعَالِي
رَخِيْصَةً # فَلَا بُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبَرِ النَّحْلِ
Biarkan aku meraih kemuliaan yg belum tergapai. Derajat
kemuliaan itu mengikuti kadar kemudahan dan kesulitannya. Engkau kerap ingin
mendapatkan kemuliaan itu secara murah. Padahal pengambil madu harus merasakan
sengatan lebah.
سَتُبْدِيْ لَكَ الأَيَّامُ مَا كُنْتَ
جاَهِلاً # وَيَأْتِيْكَ بِاْلأَخْبَارِ مَا لَمْ تُزَوِّدِ
Kelak waktu akan memperlihatkan dirimu sebagai orang yg
bodoh, dan membawakan kabar untukmu tentang perbekalan yg kosong.
لَقَدْ غَرَسُوْا حَتَّى أَكَلْناَ
وَإِنَّناَ # لَنَغْرَسُوْا حَتَّى يَأْكُلَ النَّاسُ بَعْدَنَا
Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya.
Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.
إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ
يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ
Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas
apa makna umurku ini..?