Konon, Nasruddin pernah berkunjung ke Tanah Jawa. Itu terjadi
ketika ia masih muda dan penuh jiwa petualangan. Ketika itu ia ikut sebuah
kapal dagang yang berlayar ke Timur Jauh, dan dalam perjalanan pulang ke Turki,
kapal itu kebetulan mampir di sebuah bandar di pesisir utara Jawa.
Pada zaman itu, kehebatan Sultan Demak sudah didengarnya, karena
itu kesempatan tersebut dipergunakan sebaik-baiknya untuk berkenalan langsung
dengan Sultan.
Nasruddin mendapat keterangan bahwa Sultan tidak berkeberatan
menerimanya, sebab ia pun ingin berkenalan dengan pemuda Turki yang terkenal
cerdas itu. Sebelum menghadap, Nasruddin mendapat keterangan terinci mengenai
tata tertib keraton Jawa. Antara lain dikatakan oleh pegawai istana,
"Nasruddin, kau harus selalu menyembah setiap kali berbicara dengan
Sultan!" Lalu ia pun diajar bagaimana melakukan sembah.
Di depan Sultan, Nasruddin duduk bersila dengan tertib. "Kau
yang bernama Nasruddin?" tanya Sultan.
"Benar, Yang Mulia," jawab Nasruddin sambil menyembah.
"Kau tinggal dimana?"
"Di Akshehir, Yang Mulia," jawabnya terus tetap menyembah
tertib.
"Dekat Masjid Agung?" tanya Sultan.
Nasruddin ingin menunjukkan lokasi masjid di kotanya itu, tetapi ia
ingat bahwa harus tetap menyembah kalau berbicara dengan Sultan; jadi ia
menunjuk dengan kaki kanannya sambil berkata, "Masjid di sebelah sini,
Yang Mulia."
"Dekat pasar?" tanya Sultan lagi.
"Pasar di sebelah sini, Yang Mulia," sambil berkata itu
Nasruddin menunjuk dengan kaki kirinya, jadi sekarang kedua kakinya mekangkang.
"Dekat kelurahan?" tanya Sultan.
Nasruddin mulai bingung, ia harus menunjukkan tempat tetapi kedua
tangannya untuk menyembah. Akhirnya tangannya yang kanan tetap nempel di
hidung, yang sebelah kiri menunjuk, "Kelurahan di sebelah situ, Yang
Mulia."
"Lantas, rumahmu sebelah mana?"
Tak ada lagi anggota badannya yang
bisa dipakai untuk menunjukkan lokasi rumahnya. Akhirnya dikatakannya,
"Rumah hamba di sebelah sana, Yang Mulia," dan sambil berkata itu ia
meludah, tepat jatuh di hadapan Sultan